December 4, 2023

JurnalKreatif.com

Menciptakan Dengan Hati

Dilema Menonton The Social Dilemma

2 min read
Dilema Menonton The Social Dilemma

Dilema Menonton The Social Dilemma

Mengingatkan lagi terkait bahaya yang mengintai di balik kenikmatan berseluncur di global maya.

“Aku benci film The Social Dilemma. Soalnya, sebagai remaja, aku senang gadget,” komentar anak remaja saya, usai kita nobar film dokumenter Netflix berjudul The Social Dilemma. Walau begitu, saya senang sebab berhasil membuatnya bertahan menyaksikan film ini hingga akhir. Saya pribadi juga kesal, lihat film ini rasanya layaknya habis dikhianati sahabat sendiri. Sakit!

Memuat wawancara bersama dengan lebih dari satu orang yang dulu bekerja di Facebook, Google, Twitter, dan corporate teknologi lainnya, yang mengungkap fakta berkaitan bagaimana corporate mereka kenakan teknik manipulasi sehingga User betah selama kemungkinan di depan gadget mereka.

tak sebatas tersebut, di dalam wawancara terungkap, corporate yang bergerak di pelaksanaan media sosial itu sudah bersama sengaja memanfaatkan penyebaran berita hoax dan mempertajam polarisasi, demi pengiklan yang sudah membayar mahal mereka.

Di film ini juga digambarkan, betapa corporate teknologi ini udah menyerap begitu berlimpah info perihal kami, yang sesudah itu mereka olah agar mereka mampu mengakibatkan sosok kloning kami di dalam platform mereka. Berasal dari situ, mereka mampu memprediksi semua pilihan-pilihan kami.

apa sih yang kami sukai, pesan berasal dari teman yang mana yang akan mengakibatkan kami menoleh ke Facebook, video apa yang tentu akan kami tonton jikalau dimunculkan rekomendasi atau notifikasinya, bersama dengan kata lain, konten layaknya apa yang akan mengakibatkan kami mampu berlama-lama berkutat di depan gadget, mereka telah miliki polanya. Si peramal canggih ini apalagi lebih mengetahui berlimpah terkait kami, dibanding kami sendiri.

Konsisten Bersikap Kritis

Film ini mengangkat isu yang terlampau sensitif dan sensasional, mengingat media sosial udah digunakan oleh miliaran pengguna di semua global. Pengakuan para narasumber didalam film ini amat meyakinkan di dalam mengagetkan dan menakut-nakuti kami. Anehnya jikalau ditelusuri, tak terhitung reaksi negatif atas film ini. Jaman sih, seseram tersebut?

coba dilihat kembali, apa sih motif dan kepentingan eks karyawan corporate teknologi tersebut hingga menjelek-jelekkan kantor mereka. Tersedia juga komentar bernada nyinyir bahwa tuduhan-tuduhan itu semata-mata berdasar teori persekongkolan, ataupun kesan plot mengenai Ben, remaja yang jadi pembawaan sentral di film ini, amat lebay, sangat mendramatisir kondisi.

Terlepas berasal dari ketidaksetujuan segudang pihak pada film ini, sebaiknya kami memang bukan boleh mengabaikan fakta yang disodorkan film ini terkait bahaya berlama-lama di gadget. Suatu pesan yang bukan baru kembali, tidak? Kami telah kerap mendengarnya berulang kali. Film ini sebatas sekadar pengingat kembali.

adapun, untuk memercayai berkaitan kebenaran teori konspirasinya, tersedia bijaknya kami bukan memercayai mentah-mentah film ini. Kami juga kudu mencermati sumber-sumber lain layaknya buku dan artikel. Artinya, surat keterangan kami jangan cuman berhenti di film ini saja.

Matikan notifikasi semua pelaksanaan di handphone. Secara Default, kami tentu akan beroleh notifikasi berasal dari semua pelaksanaan. Hal ini menyebabkan kami kerap terdistraksi dan berujung mengecek handphone berkali-kali. Menurut suatu belajar, rata-rata kala yang dihabiskan orang di depan handphonenya adalah 4 jam 30 menit.

Bagaimana menjelaskan terhadap anak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *