December 5, 2023

JurnalKreatif.com

Menciptakan Dengan Hati

Kritik Parenting Dialami Ayah

4 min read
Kritik Parenting Dialami Ayah

Kritik Parenting Dialami Ayah

Setidaknya ini, nih, enam kritik yang kerap dialami para ayah soal parenting. Nomor berapa yang paling bikin daddies kesal?

Nggak jauh-jauh, kebanyakan kritik soal parenting yang didapat ayah ini mampir berasal dari pasangan sendiri. Setidaknya, begitu hasil belajar yang dipublikasikan oleh Tempat tinggal Sakit Anak C.S. Mott Children di Universitas Michigan, Amerika Perkumpulan. Yuk, ah, para mommies sungkem pernah mirip daddies, hehehe!

tidak cuman berasal dari istri sendiri, juga kerap didapat para ayah berasal dari kakek atau nenek, dan sesama orang tua lain. Kritik yang dilemparkan pun berbagai: berasal dari soal gaya pengasuhan, sampai soal disiplin, ketentuan makan dan gizi anak, tidak cukup perhatian kepada anak, sampai diakui kasar kepada anak-anaknya.

Pertanyaannya, apakah sikap para ayah tersebut sahih-sahih layaknya apa yang dikritikkan orang lain kepada mereka? Jawabannya tentu nisbi, ya. Perspektif ayah bersama perspektif orang lain pasti beda. Buktinya, Masih berasal dari belajar di Michigan, kira-kira 90Persen ayah yang disurvei merasa apa yang mereka laksanakan udah lumayan baik. Namun, tidak vital para ayah juga nggak dulu tidak benar didalam mengasuh anak-anak mereka, ya.

Paling bukan, kami dengar pernah, yuk, apa sih kritik-kritik yang kerap dialami para ayah yang nggak sporadis bikin mereka kesal?

Kritik Soal Parenting yang Kerap Dialami Para Ayah

Tidak cukup saat dan perhatian

Buat para ayah yang kerjanya super sibuk, mana suaranya? Ini kritik yang paling kerap mereka menerima. Respon mereka ketika dikritik soal ini biasanya dikarenakan tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Di kepala mereka berputar soal bagaimana mencukupi keperluan hidup dan mengamankan era depan keluarga. Tak hanya tersebut, ayah nggak dapat mangkir begitu saja berasal dari tugas dan tanggung jawab pekerjaan demi bermain bersama anak. Di selagi layaknya ini, para suami butuh banget pengertian istri. Gara-gara ketika waktunya telah lowong, mereka mau banget, kok, Spending times with kids.

memanjakan atau seringkali menuruti keinginan anak

lembut terhadap anak, dibilang memanjakan. Menggembirakan hati anak, dibilang benar-benar menuruti anak. Ini kerap membawa dampak para ayah menjadi bingung (Baca: kesal!). Mereka merasa perhatian keliru, nggak perhatian tidak benar. Sebetulnya, maksud mereka baik. Kemungkinan caranya saja yang tidak cukup tepat, menjadi terkesan memanjakan. Usut mempunyai usut, kritik ini dilontarkan implikasi para ayah kerap membelikan barang-barang yang diminta anak. Sesekali, sih, oke, namun kecuali tetap dituruti, dapat berakibat bukan baik buat anak, lho.

sangat keras mendidik anak

Sebaliknya, ketika mendisiplinkan anak, nggak sporadis mereka dibilang terlampau keras. Umumnya kritik ini berkunjung berasal dari sang kakek atau nenek. Well, selama tegas nggak ngegas, konsisten Mindful, nggak Abusive, nggak menyakiti anak baik secara fisik maupun mental yang mampu sebabkan trauma, dan tujuannya memang demi membentuk cii-ciri anak, You, go, daddies!

nggak mencermati urusan anak bersama detail

Ketika udah gilirannya mempertahankan anak, sebentar-sebentar nanya istri di mana naro susu, sandang, buku, mainan anak. Padahal nggak dipindah-pindah juga. Siapa yang Relate? Hohoho. Menurut pengakuan para ayah, ini nggak signifikan mereka nggak menyimak urusan anak. “Yaaa, nggak ingat aja,” begitu kata keliru satu ayah yang saya tanya. Lalu, apa alasannya?

Tampaknya Ini terkait bersama dengan kemampuan memori episodik para ayah. Suatu penelitian oleh Karolinska Instutuet di Swedia perlihatkan bahwa wanita bisa lebih baik mengingat model ingatan episodik eksklusif yang melibatkan berita verbal (Kata-Kata/Kalimat/Teks), objek dan lokasi objek ketimbang pria. Kala pria bisa lebih baik mengingat gambar abstrak dan knowledge navigasi.

Menjadi, telah memahami kan, mengapa ayah masih nanya di mana letak popok anak, namun urusan nyari lokasi nggak harus nanya mommies, mengerti-sadar hingga? Hehehe.

Beda perlakukan antara anak laki-laki dan anak perempuan

Sebagian ayah diakui sangat Soft terhadap anak perempuannya dan terlampau keras terhadap anak laki-lakinya. Ini sebabkan mereka terkesan membeda-bedakan. Bagi mereka, tersebut semacam refleks saja, tanpa maksud membedakan. Ketika mendapat kritik ini, lebih dari satu ayah lantas mulai instrospeksi dan berupaya sehingga tak tersedia disparitas menonjol ulang didalam memperlakukan anak-anak mereka.

ringan goyah di dalam mendisiplinkan anak

Bersama alasan nggak tega, ayah nggak sporadis mengabulkan permintaan anak, yang sebetulnya tengah dilarang. Perlakukan ini sesudah itu menuai kritik, dan ayah diakui lemah didalam mendisiplinkan anak. Akibatnya, menjadi tersedia Double standard, ibu nggak bolehin, ayah ngebolehin.

Dampak terlampau berlimpah mengkritik ayah

implikasi sangat kerap dikritik, 1 berasal dari 5 ayah malah menjadi malas terlibat di dalam urusan parenting. Lama-Lama mereka jengah dan kesal juga. Rasanya apa yang mereka laksanakan nggak dulu sahih. Apalagi lebih dari satu ulang menjadi merasa nggak yakin diri. Tapi, nggak sporadis juga lho, sesudah dikritik, para ayah jadi introspeksi dan berusaha lebih baik.

Buat para istri, yuk, kami lebih bijak kembali didalam memilih kata-kata di dalam menyampaikan kritik untuk suami. Singkirkan emosi dan perbanyak pemahaman mengenai karakter-pembawaan pria, sehingga mommies nggak mesti bernada tinggi ketika ditanya sesuatu hal yang ayah nggak ingat soal anak.

Buat para ayah, jangan jadikan kritik sebagai alasan untuk mundur berasal dari tanggung jawab parenting, ya. Yuk, lebih Open minded dan nggak ringan tersinggung di dalam menyikapi kritikan. Untuk kritik yang membangun, daddies patut pertimbangkan, studi terima dan menerapkan. Tetapi, daddies tentu jelas juga mana kritik yang semata-mata menghendaki menjatuhkan. Kecuali tersebut sih, biarkan anjing menggonggong, kafilah berlalu aja, daddies!

Foto: Freepik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *